Rangkuman Pengembangan Kurikulum Kampus Robithoh
Abi
Abdillah (Pengertian Kurikulum)
Berikut beberapa pengertian
kurikulum dari beberapa ahli kurikulum:
1.
J. Galen Saylor
dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching and
Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut:: “The Curriculum is
the sum total of school’s effort to influence learning, wether in the clasroom,
on the playground, or out of school.” Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau
di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum juga termasuk apa yang disebut
dengan ekstra-kurikuler.
2.
Harold B.
Albertycs dalam Reorganizing the High-School Curriculum (1965) memandang
kurikulum sebagai “all of the activities that are provided for students by the
school”. Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak
terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain,
di dalam dan luar kelas yang berada di bawah tanggung jawab sekolah.
3.
B. Othanel
Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebgai “a squence
of potential experience set up in the school for the purpose of displinning
children and youth in group ways of thinking and acting”. Mereka melihat
kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan
kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan
masyarakatnya.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat kita lihat bahwa para ahli sepakat bahwa kurikulum adalah segala yang
memperngaruhi anak didik yang tidak hanya berada di dalam kelas, bahkan
pengalaman yang didapat di luar sekolah pun termasuk ke dalam kurikulum.
Pengembangan kurikulum harus
bersifat antisipatif, adaftif, dan aplikatif, yaitu dapat menyesuaikan dengan
program-program yang bersifat untuk jangka pendek dan jangka panjang.
Pengembangan kurikulum sendiri
mempunyai dua maksud, yaitu:
1.
Penyusunan dan
perencanaan suatu kurikulum
2.
Penjabaran
kurikulum resmi ke dalam pengembangan program belajar mengajar (kurikulum
aktual)
Terdapat empat unsur yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan, yaitu:
1.
Merencanakan,
merancangkan, dan memprogramkan bahan ajar dan pengalaman belajar
2.
Karakteristik
peserta didik
3.
Tujuan yang
akan dicapai
4.
Kriteria-kriteria
untuk mencapai tujuan
Asas-asas kurikulum ialah:
1.
Asas filosofis
yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara
2.
Asas psikologis
yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a. psikologi anak,
perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana proses belajar anak
3.
Asas
sosioligis, yaitu keberadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,
kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain
4.
Asas
organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang
disajikan
Fungsi Kurikulum.
1.
Fungsi
Kurikulum Bagi Para Penulis
Untuk membuat berbagai pokok bahasan
maupun sub pokok bahasan, hendaknya penulis buku ajar membuat analisis instruksional
terlebih dahulu. Kemudian menyusun Garis-Garis Besar Program Pelajaran (GBPP)
untuk mata pelajaran tertentu, baru berbagai sumber yang relevan. Maka
kurikulum yang telah disusun akan memudahkan para penulis buku ajar dalam
menyusun bahan-bahan pelajaran yang nantinya akan digunakan oleh para guru
untuk mengajar.
2.
Fungsi
Kurikulum Bagi Guru
Bagi guru baru sebelum mengajar
pertama-tama yang perlu dipertanyakan adalah kurikulumnya. Setelah kurikulum
didapat pertanyaan berikutnya adalah Garis-Garis Besar Program Pengajaran.
Setelah itu barulah guru mencari berbagai sumber yang relevan atau yang telah
ditentukan oleh Depdiknas. Sesuai dengan fungsinya kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, maka guru hendaknya memperhatikan tujuan pendidikan
yang akan dicapai lembaga di mana ia bekerja.
3.
Fungsi
Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah yang baru, yang
pertama kali dipelajari adalah tujuan lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian
mencari kurikulum yang berlaku sekarang untuk dipelajari, terutama pada buku
petunjuk pelaksanaan. Selanjutnya tugas kepala sekolah adalah melakukan
sepuervisi kurikulum. Maka dengan adanya kurikulum kepala sekolah dapat
melakukan supervisi kurikulum dengan berbagai cara agar dapat mengetahui
bagaimana guru melaksanakan kurikulum itu sendiri.
4.
Fungsi
Kurikulum Bagi Masyarakat
Kurikulum adalah bahan produsen dari
sekolah, sedang masyarakat adalah konsumennya. Kurikulum sekolah output-nya
harus dapat link and match dengan kebutuhan masyarakat. Maka dari kurikulum
yang disusun diharapkan dapat memberikan hal-hal yang bermanfaat bagi
masyarakat dan dapat diaplikasikan oleh peserta didik setelah menamatkan studinya
di lembaga pendidikan tersebut.
Fauzan
Adzima (Komponen dan Tujuan)
-
Fungsi
kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.
-
Maka
hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagian-bagian
penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian
ini disebut komponen.
Kesimpulan dari beberapa pendapat
para ahli bahwasanya komponen pengembangan kurikulum terdiri dari 4 komponen,
yaitu :
a) Komponen Tujuan
b) Komponen Struktur Program dan Materi
c) Komponen Strategi
d) Dan komponen Evaluasi.
1.
Komponen Tujuan
-
Tujuan
akan memberikan arah bagi segala kegiatan pendidikan. Dalam penyusunan
kurikulum.
-
Perumusan
tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen lainnya.
Ada beberapa macam tujuan dalam komponen tujuan yaitu:
a.
Tujuan
pendidikan nasional
b.
Tujuan
institusional
c.
Tujuan
kurikuler
d.
Tujuan
instruksional
a. tujuan pendidikan nasional
Tujuan
pendidikan nasionaln adalah tujuan yang
bersumber dari Pancasila dan UUD 45 dirumuskan oleh pemerintah sebagai pedoman
bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus.
b.
Tujuan institusional
Tujuan
institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang
dirumuskan, berupa kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi.
c.
Tujuan kurikuler
Tujuan Kurikuler ialah tujuan yang
diemban dan harus dicapai oleh setiap bidang studi pada lembaga pendidikan
tertentu.
d.
Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan
yang paling rendah tingkatannya sebab yang langsung berhubungan dengan anak
didik. Tujuan instruksional berkenaan dengan tujuan setiap pertemuan.
2. Komponen Struktur Program dan
Materi
Ada beberapa jenis struktur program
pendidikan dalam kurikulum, yaitu :
a.
Pendidikan
umum
Pendidikan umum ialah program
pendidikan yang bertujuan membina siswa agar menjadi warga negara yang baik.
Sifat pendidikan umum ini adalah wajib diikuti oleh setiap siswa pada semua
lembaga pendidikan dan tingkatannya.
b.
Pendidikan
akademik
Pendidikan
akademik adalah program pendidikan yang bertujuan untuk mencapai pembinaan
intelektual sehingga diharapkan memperoleh kualifikasi pengetahuan yang
fungsional menuntut disiplin ilmu masing-masing.
c.
Pendidikan
kejujuran
Pendidikan
kejuruan bertujuan mempersiapkan siswa untuk menyandang keahlian pekerjaan
tertentu, sesuai dengan jenis pendidikan yang ditempuhnya.
3. komponen Strategi
Komponen ketiga dari kurikulum
ialah penetapan strategi pelaksanaan kurikulum. Komponen ini tidak lain ialah
pengaturan pelaksanaan kurikulum yang terdiri atas :
a.
Sistem
penyampaian
b.
Penilaian
hasil belajar
c.
Bimbinan
dan layanan
d.
Administrasi
dan Supervisi pendidikan
4. komponen evaluasi
Untuk melihat sejauh mana tingkat
keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum, maka diperlukan evaluasi.
Evaluasi dikelompokkan kedalam dua
jenis :
-
Tes
adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek
kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.
-
Non
tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah
laku termasuk sikap, minat dan motifasi.
Masing-masing komponen tersebut
berkaitan erat, saling menunjang, dan merupakan kesatuan yang tak dapat lepas
satu dengan lainnya. Apabila satu komponen saja
memiliki kelemahan, maka akan berpengaruh dan menjadi lemah pula
komponen-komponen lainnya, yang pada akhirnya akan menyebabkan lemahnya
kurikulum itu.
Komponen tujuan misalnya, yang
diantaranya memuat berbagai “kemampuan” yang diharapkan dapat dimiliki
lulusannya, harus ditunjang oleh “kesesuaian” materi (bahan) pelajaran, proses
Belajar Mengajar (PBM), dan evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan tujuan
tersebut.
Eko
Bowo (Karakteristik Kurikulum)
·
Kurikulum merupakan elemen strategis dalam
sebuah layanan program pendidikan. Ia adalah acuan bagi segenap pihak yang
terkait dengan penyelenggaraan program.
·
Hubungan antara kurikulum (sebagai rencana
atau doku-men) dengan proses dan hasil pendidikan (kurikulum sebagai aksi dan
produk) tidaklah bersifat linear.
·
Faktor-faktor
yang mempengaruhinya antara lain:
Pertama, sebagai suatu sistem, mutu sebuah kurikulum akan ditentukan oleh
proses perancangan, pengembangan,
pelaksanaan, dan evaluasinya. Kedua, secara programatik, kualitas sebuah
kurikulum ditentukan oleh kesanggupannya dalam mempertanggung jawabkan pembagai
keputusan yang diambil, baik secara keilmuan, moral, sosial, dan praktikal.
Ketiga, secara pragmatik, nilai sebuah kurikulum ditentukan oleh kemampuannya
dalam memberikan layanan pendidikan yang dapat mendorong peserta didik untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, baik oleh peserta didik
sendiri maupun oleh masyarakat dan sistem sosial.
·
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
·
Karakteristik adalah ciri dan sifat-sifat
khusus yang melekat pada sesuatu dan dengan ciri dan sifat tersebut dapat
dibedakan sesuatu dengan yang lainnya.
·
Karakteristik berbasis kompetensi antara lain
mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan
sistem pembelajaran.
·
Mulyasa mengemukakan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.
Menekankan pada ketercapaian kompetensi
pesertadidik baik secara individual maupun klasikal
2.
Berorientasi pada hasil belajar (learning out
comes) dan keberagaman
3.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi
4.
Sumber belajar bukan guru, tetapi juga sumber
belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif
5.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
·
Ada beberapa sumber dapat diidentifikasikan
karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu :
1. Sistem belajar dengan modul
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
3. Pengalaman lapangan
4. Strategi belajar individual personal
5. Kemudahan belajar
6. Belajar tuntas
·
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses
yang kompleks, dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait
·
Secara rinci pengembangan KBK mempertimbangkan
hal-hal berikut :
1.
Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur
yang perlu digali, dipahami dan damalkan siswa.
2.
Penguatan integritas nasional yang dicapai
melalui pendidikan
3.
Keseimbangan berbagai bentuk pengalaman
belajar siswa yang meliputi etika, logika, estetika dan kinestetika
4.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua
siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat diutamakan
seluruh siswa dari berbagai kelompok
5.
Kemampuan berfikir dan belajar dengan
mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat
beruibah dan penuh ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6.
Berpusat pada anak dengan penilaian yang
berkelanjutan dan komperehensif
·
Sedangkan prinsip dasar kegiatan belajar
mengajar yang dikembangkan dalam KBK adalah mengembangkan kemampuan berfikir
logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung jawab pada kebiasaan dan
prilaku sehari-hari melalui pembelajaran secara aktif yaitu :
1.
Berpusat pada siswa
2.
Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
3.
Memiliki semangat mandiri kerjasama dan berkompetensi
perlu dilatih untuk terbiasa bekerja mandiri, kerjasama dan berkompetensi
4.
Menciptakan kondisi yang menyenangkan
5.
Mengembangkan kemampuan dan pengalaman belajar
6.
Karakteristik mata pelajaran
Farras
(Landasan Kurikulum)
LANDASAN KURIKULUM
Penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan
pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum
yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata
(1997) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
(1) filosofis (2) psikologis (3) sosial-budaya dan (4) ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas
keempat landasan tersebut.
1.
Landasan Filosofis
Filsafat
memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti :
perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model
Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar
bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki
kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek
pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara
eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan
yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa
negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat
rekonstruktivisme karena lebih mementingkan hasil belajar dari pada proses
belajar.
2.
Landasan Psikologis
Nana
Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar.
5
Tipe Kompetensi:
1.Motif, sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara
konsisten atau keinginan untuk melakukan suatu aksi.
2.Bawaan, yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten
berbagai situasi atau informasi.
3.konsep diri, yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
4.Pengetahuan, yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
5.Keterampilan, yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun
mental.
Terdapat 5
perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan (2)
perbedaan kreativitas (3) perbedaan cacat fisik (4) kebutuhan peserta didik dan
(5) pertumbuhan dan perkembangan kognitif.
3.
Landasan Sosial Budaya
bahwa
pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke
lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup,
bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
Peserta didik
berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Salah satu
aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai
tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan
lainnya.
4.
Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Salah satu ciri
dari masyarakat adalah selalu berkembang. Karena adanya pengaruh dari
perkembangan teknologi terutama teknologi industri transportasi, komunikasi,
telekomunikasi, dan elektronika, masyarakat ini berkembang sangat cepat menuju
masyarakat terbuka, masyarakat informasi dan global. Dalam kondisi masyarakat
demikian, perubahan-perubahan terjadi dengan cepat. Perubahan-perubahan
masyarakat ini akan mempengaruhi perkembangan setiap individu warga masyarakat,
mempengaruhi pengetahuan, kecakapan, sikap, aspirasi, minat, semangat,
kebiasaan bahkan pola-pola hidup mereka.
Pengaruh
perkembangan ilmu dan teknologi cukup luas, meliputi semua aspek kehidupan,
politik, ekonomi, sosial, bidaya, keagaamaan, etika dan estetika, bahkan
keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ada beberapa bidang ilmu dan
teknologi yang mempunyai pengaruh sangat besar, baik secara langsung maupun
tidak langsung, terhadap kehidupan masyarakat. Bidang-bidang tersebut adalah
komunikasi, transportasi, ekanisasi industri dan pertanian, serta persenjataan.
Pendidikan juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan teknologi.
Pendidikan sangat erat hubungan dengan kehidupan sosial, sebab pendidikan
merupakan salah satu aspek sosial.
Yazid
(Prinsip Pengembangan Kurikulum)
A.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Setiap pengembangan kurikulum, harus menerapkan atau menggunakan
prinsip-prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan
kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam pengembangannya
mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip yang telah disepakati.
Prinsip – prinsip yang biasa digunakan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Menurut Sudirman S. antara lain
1. Prinsip Berorientasi pada
Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,
yang bertitik tolak dari tujuan Pendidikan Nasional.
2. Prinsip Relevansi
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi, dan system
penyampaiannya harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat
perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Prinsip Efektivitas
prinsip efektifitas ini dikaitkan dengan efektifitas guru
mengajar dan efektifitas para murid belajar.
4. Prinsip Efisiensi
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar kegiatan kurikuler
mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber – sumber lain secara cermat dan
tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu mewadahi dan memenuhi harapan
5. Prinsip Fleksibilitas
(keluwesan)
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan ekosistem dan kemampuan setempat
6. Prinsip Integritas
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar pendidikan dalam suatu
kurikulum menghasilkan manusia seutunya walaupn kegiatan kurikulernya terjabar
dalam komponen kurikulum.
7. Prinsip sinkronisasi
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar seluruh kegiatan
kurikuler seirama, searah dan satu tujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan
kurikuler menghambat, berlawanan atau mematian kegiatan – kegiatan lainnya.
8. Prinsip berkesinambungan
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya
bagian-bagian, aspek - aspek, materi, dan bahan kajian disusun secara
berurutan, tidak terlepas-lepas,
9. Prinsip Objetifitas
Implikasi prinsip ini mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler
dilakukan dengan kegiatan catatan kebenaran ilmiah dengan menyampaikan pengaruh
– pengaruh emosional dan irasional.
10. Prinsip Demokrasi
Implikasi prinsip ini ialah mengusahakan agar dalam
penyelenggaraan pendidikan dikelola dan dilaksanakan secara demokrasi.
B. Pendekatan
pengembangan kurikulum
1. Pendekatan bidang studi (pendekatan
subjek atau disiplin ilmu)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya matematika, sains, sejarah IPS,
IPA, dan sebagainya. Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan
bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.
2. Pendekatan Interdisipliner
Dibawah ini akan kita bicarakan beberapa pendekatan
interdisipliner dalam pengembangan kurikulum.
a. Pendekatan
Broad-field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin atau
mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak
berada dalam vakum atau kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral dari
kehidupan manusia.
b. Pendekatan Kurikulum
Inti(core curriculum)
kurikulum diberikan berdasarkan suatu masalah sosial atau
personal. Untuk memecahkan masalah itu digunakan bahan dari berbagai disiplin
ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.
c. Pendekatan Kurikulum
Inti di Perguruan Tinggi
I stilah inti (core) juga digunakan dalam
kurikulum Perguruan Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok
yang diambil dari semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai
kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang
terdidik dan terpelajar.
d. Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua atau lebih
disiplin tradisional menjadi studi baru misalnya: geografi + botani + arkeologi
menjadi earth sciences.
3. Pendekatan
Rekonstruksionisme
Pendekatan ini memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah
penting yang dihadapi dalam masyarakat ,seperti polusi, ledakan penduduk dan
lain-lain.
Dalam
gerakan rekonstruksionisme ini terdapat dua kelompok utama yang sangat berbeda
pandangannya tentang kurikulum, yaitu rekonstruksionisme konservatif dan
rekonstruksionisme radikal.
4. Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa, dan mengutamakan perkembangan
efektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses
belajar.
5. Pendekatan
“Accountability”
Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan
tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat. Pendekatannya, yang kelak
dikenal sebagai “scientific management” atau manajemen ilmiah, menetapkan
tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu
6. Pendekatan Pembangunan
Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
a. Pendidikan
kewarganegaraan
b. Pendidikan sebagai alat
pembangunan nasional
c. Pendidikan
keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Sandy
(Kurikulum Inti)
A.
Pengertian
Kurikulum Inti
Kurikulum
inti adalah:
1.
Rangkaian
pengalaman yang saling berkaitan;
2.
Direncanakan
secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan;
3.
Berdasarkan
pada masalah-masalah yang dihadapi;
4.
Berdasarkan
pribadi dan social;
5.
Diperuntukan
bagi semua siswa, karenanya termasuk pendidikan umum.
Kurikulum
inti disebut juga sebagai kurikulum nasional, karena kurikulum inti disusun
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu menciptakan para
lulusan menjadi manusia Indonesia seutuhnya (UUSPN No. 2 Tahun 1989, pasal 4) .
B.
Landasan-landasan
1.
Landasan
Ideal berupa UUD 1945, pancasila dan Tap MPR tentang GBHN dalam rangka
mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan pendidikan nasional.
2.
Landasan
Hukum berupa peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 29 tahun 1990,
tentang pendidikan menengah, keputusan mendikbud nomor 060/U/1993 tentang
kurikulum.
3.
Landasan
Teori berupa buku landasan program dan pengembangan kurikulum yang memuat
tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku pelaksanaan kurikulum
terdiri atas pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
C.
Asas-asas dalam penyusunan kurikulum inti:
1.
Asas Filosofis
Tujuan
pendidikan tidak terlepas dengan unsur filosofis seperti mendidik anak untuk menjadi
manusia yang baik didalam masyarakat dengan nilai-nilai, cita-cita atau
filsafat yang dianut guru, orang tua, masyarakat, negara dan dunia maka
filsafat menentukan tujuan yang dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.
2.
Asas Psikologi
Asas
ini terdiri dari dua
a.
Psikologi Belajar
Bahwa
setiap anak dapat didik untuk menguasai pelajaran, ,menerima norma-norma dan
dapat mempelajari bermacam keterampilan
b.
Psikologi Anak
Memberikan
kesempatan belajar kepada anak, agar dapat mengembangkan bakatnya.
c.
Asas Sosiologi
Anak
itu tidak hidup seorang diri, namun senantiasa hidup didalam suatu masyarakat.
Karena harus hidup dalam masyarakat, masyarakat pun harus
dijadikan sebagai factor yang harus dipertimbangkan dalam pembinaan kurikulum.
3.
Asas Organisatoris
Asas ini membahas tentang bentuk penyajian
bahan pelajaran, seperti tidak mengadakan batas-batas diantara berbagai mata
pelajaran. Sesuai dengan keberadaannya, kurikulum inti / nasional ini
diaplikasikan pada semua jenis menurut jenjangnya.
D.
Ciri-ciri Kurikulum Inti
1.
Ciri-ciri
pokok (essential characteristics)
a.
Inti
pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting.
b.
Inti
program berkenaan dengan pendidikan umum untuk memperoleh bermacam-macam hasil.
c.
Berbagai
kegiatan dan pengalaman Inti disusun dan diajarkan dalam bentuk kesatuan, tidak
dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah
d.
Inti
program diselenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama
2.
Ciri-ciri
umum
a.
Perencanaan
oleh guru-guru secara kooperatif
b.
Pengalaman-pengalaman
belajar disusun dalam unit-unit yang luas dan komprehensif berdasarkan masalah.
c.
Inti
pelajaran menggunakan proses demokratis
d.
Banyak
dari Inti program yang dikaitkan dengan bimbingan dan pengajaran.
e.
Inti
program secara lebih luas menggunakan sumber pengajaran yang luas, dan prosedur
pengajaran yang lebih fleksibel dan variatif
f.
Penggunaan
teknik problem solving dalam Inti program
g.
Guru
dan murid saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik, sehingga memudahkan
pemberian pelayanan terhadap perbedaan individual
h.
Penilaian
dilakukan dengan bermacam bentuk.
i.
Pengalaman-pengalaman
belajar bersifat fungsional serta melibatkan banyak kegiatan dan tanggung jawab
terhadap para siswa
j.
Inti
program didominasi oleh usaha yang bertujuan untuk memperbaiki pengajaran.
Hanif
(Kurikulum Lokal)
A. Pengertian Muatan Lokal
Menurut surat keputusan tersebut
yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi
dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah itu.
B. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan muatan lokal tentu saja tidak
dapat terlepas dari tujuan umum yang tertera dalam GBHN. Adapun yang langsung
dapat dipaparkan dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut di antaranya
adalah :
1. Berbudi pekerti luhur, sopan santun
daerah disamping sopan santun nasional.
2. Berkepribadian; Punya jati diri dan
punya kepribadian daerah disamping kepribadian nasional
3. Mandiri : dapat mencukupi diri sendiri
tanpa batuan orang lain
4. Terampil, menguasai 10 segi PKK
didaerahnya
5. Beretos kerja , cinta akan kerja,
makanya dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya.
6. Profesional, mengerjakan kerajinan
daerah seperti membatik, membuat anyaman, patung dan sebagainya
7. Produktif, dapat berbuat sebagai
produsen dan bukan hanya sebagai konsumen
8. Sehat jasmani dan rohani
9. Cinta lingkungan, dapat menumbuhkan
cinta kepada tanah air.
10. Kesetiakawanan sosial, dalam hal
bekerja manusia selalu membutuhkan teman kerja,oleh karenanya akan terjadilah
situasi kerja sama dan gotong royong.
11. Kreatif –inovatif untuk hidup, karena
tidak pernah menyia-nyiakan waktu luang,dan yang bersangkutan menjadi orang
ulet, tekun, rajin dan sebagainya
13. Rasa cinta budaya daerah dan budaya
nasional.
E. Kesimpulan
Kurikulum
muatan lokal ialah program pendidikan yang disi dan media penyampaiannya
dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah
dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut. Kurikulum muatan lokal
diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana
tercantum didalam GBHN.
Sumber bahan
muatan lokal dapat diperoleh dari banyak sumber antara lain dari nara sumber,
pengalaman lingkungan, hasil diskusi dari para ahli yang relevan dan
sebagainya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai
unsur atau komponen . Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut
berbagai aspek, antara lain : sumber bahan ajar, pengajar, metode, media, dana
dan evaluasi
Sebagai
salah satu kurikulum baru dalam dunia pendidikan Muatan lokal dalam
pembelajarannya banyak ditemukan kendala dan rintangan yang ditemukan antara
lain dari segi : peserta didik, guru, administrasi, sarana dan prasarana,
bahkan kurikulumnya sendiri. Tetapi kendala tersebut lambat laun dapat di
minimalisir dengan berbagai metode antara lain dengan mengadakan pelatihan bagi
para pengajar, lebih memantapkan GBPP, dengan evaluasi yang berkesinambungan
dan sebagainya.
Muatan lokal
perlu untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui
dan mencintai budaya daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, kreatif
dan profesional yang pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta kepada budaya
tanah air.