KAJIAN STRUKTUR INTERNAL BAHASA (MET PEN PBA)
A.
PENDAHULUAN
Secara populer orang sering
mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang
menjadikan bahsa sebagai objek kajiannya,atau lebih tepat lagi seperti
dikatakan martinet(1987:19),telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
Kata linguistik (perpadaanan dengan
linguistiks dalam bahasa inggris ,linguistique dalam bahasa prancis,dan
linguistiek dalam bahasa belanda)diturunkan dari bahasa latin lingua yang
berarti “bahasa” didalam bahasa – bahasa roman yaitu bahasa bahasa yang berasal
dari bahasa latin terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata latin lingua
itu. Antara lain lingua dalam bahasa italia,lengue dalam bahasa spanyol ,lingue
(dan langage )dalam bahasa prancis.
Orang yang ahli dalam bidang
linguistik disebut linguis(inggris linguist) .dalam bahsa inggris linguist mempunyai dua arti yaitu orang yang ahli
linguistik dan orang yang fasih dalam beberapa bahasa .
Ilmu linguistik juga disebut
linguistik umum(general linguistiks) artinya linguistik tidak hanya mengkaji
sebuah bahasa saja tapi juga seluk belu bahasa pada umumnya.
Sebagai alat komunikasi bahasa
adalah suatu system yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis.yang dimaksud
sistemis adalah bahasa itu adalah suatu system yang tidak tunggal,dan memiliki
subsistem yaitu subsistem fonologi,subsistem morfologi,subsistem sintaksis dan
subsistem simantik.
Tiga tahapan keilmiahan ilmu
yaitu.spekulasi,observasi dan klasifikasi,dan rumusan teori.
Analisa linguistik
dilakukan terhadap bahasa ,atau lebih tepat terhadap semua tingkatan bahasa
yaitu fonetik,fonemik,morfologi,sintaksis,dan simantik.
B.
PEMBAHASAN
1.
TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI
Bidang linguistic yang mempelajari menganalisis
dan membicarakan runtutan bunyi bahasa adalah fonologi yang
epinemik terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu.menurut hierarki satuan bunyi yang
menjadi objek studinya,fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik.
a)
Fonetik
Fonetik adalah bidang
linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi
tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
Fonetik artikulatoris : mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat
bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa,serta bagaimana
bunyi-bunyiiyu di klasifikasikan. Disebut juga fonetik organis atau fonetik
fisiologis.
Fonetik akustik : mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis
atau fenomena alam.bunyi itu diselidiki frekuensi
getarannya,amplitudinya,intensitasnya dan timbrenya.
Fonetik auditoris : mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan
bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
b)
proses fonasi
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara
keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di
dalamnya terdapat pita suara. Dari pita suara udara diteruskan melalui rongga
mulut atau rongga hidung ke udara bebas. Jika udara yang keluar dari paru-paru
tidak mendapat hambatan apa-apa maka tidak terjadi bunyi bahasa. Bunyi bahasa
terjadi karena udara yang dihembuskan dari paru-paru mendapat hambatan di pita
suara. Empat macam posisi pita suara saat dilewati udara yaitu: (a) pita suara
terbuka lebar (tidak menghasilkan bunyi), (b) pita suara terbuka agak lebar (c)
pita suara terbuka ,dan (d) pita suara tertutup rapat .
c)
Tulisan fonetik
Tuliasan fonetik yang dibuat untuk
keperluan studi fonetik,sesungguhnya dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara
latin yang ditambah dengan sejunlah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi
terhadap huruf latin itu.
d)
Klasifikasi bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi
vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka
sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari
paru-paru. Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa
mendapat hambatan apa-apa. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati
pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut
atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi
tertentu.
e)
Klasifikasi vocal
Bunyi vokal diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk
mulut.Posisi lidah bisa vertikal atau horisontal.
Secara vertikal dibedakan adanya vocal tinggi, misalnya bunyi [i]
dan [u]; vokal tengah, misalnya bunyi [e] dan [ ]; vocal rendah, misalnya bunyi
[a]. Secara horisontal dibedakan adanya vokal depan,misalnya bunyi [i] dan [e];
vokal pusat, misalnya bunyi [ ]; dan vokal belakang,misalnya bunyi [u] dan [o].
Menurut bentuk mulut dibedakan adanya vocal bundar dan vokal tak bundar.
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah
kemudian vokal-vokal itu diberi nama:
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vokal pusat tengah tak bundar
[o] adalah vokal belakang tengah bundar
[a] adalah vokal pusat
rendah tak bundar
4.1.4.2 Diftong atau vocal
rangkap
Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika
memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak
sama.ketidaksamaan ini menyangkut tinggi rendahnya lidah, lidah yang bergerak,
serta strukturnya. Diftong dibedakan berdasarkan letak atau posisi
unsur-unsurnya, sehingga dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun.
diftong naik, bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang
kedua; sebaliknya diftong turun,posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi
bunyi kedua
f)
Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga kriteria,
yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Tempat
artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi
itu.Berdasarkan cara artikulasinya, artinya bagaimana hambatan yang dilakukan
terhadap arus udara itu, dapat dibedakan adanya konsonan:
1) Hambat : [p], [b], [t], [d], [k], dan [g]
2) Geseran atau frikatif : [f], [s], dan [z]
3) Paduan atau frikatif : [c], dan [j]
4) Sengauan atau nasal : [m], [n], dan [ŋ]
5) Getaran atau trill : [r]
6) Sampingan atau lateral : [l]
7) Hampiran atau oproksiman : [w], dan [y]
g)
Fonemik
Fonemik adalah bidang linguistik
yang mempelajari bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
h)
Identitas Fonemik
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari
sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yg mengandung bunyi tersebut, lalumembandingkannya
dengan satuan bahasa lain yang mirip. Misalnya, kata laba dan raba. Perbedaan pada
kata tersebut adalah pada bunyi [l] dan [r]. Maka, dapat disimpulkan bunyi [l]
dan bunyi [r] adalah dua buah fonem yang berbeda di dalam bahasa Indonesia
yaitu fonem [l] dan fonem [r].
2.
TATARAN LINGUISTIK(2) : MORFOLOGI
a)
Morfem
Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah
morfem,sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua
morfem mempunyai makna secara filosofis.
1)
Identitas Morfem
Untuk menentukan sebuah satuan
bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di
dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata
bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut
adalah sebuah morfem.
2)
Morf Dan Alomorf
Bentuk-bentuk realisasi yang
berlainan dari morfem yang sama ini disebut alomorf. Jadi, setiap morfem tentu
mempunyai alomorf, enrah satu, entah dua, atau juga enam buah seperti yang
tampak pada data di atas. Selain itu, bisa juga dikatakan morf dan alomorf
adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk
semua bentuk yang belum diketahui statusnya; sedangkan alomorf adalah nama
untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
3)
kalsifikasi morfem
Morfem-morfem dalam setiap bahasa
dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan
keberadaanya, keutuhannya, maknanya,dan sebagainya. Berikut ini akan
dibicarakan secara singkat.
4)
Morfem Bebas Dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang
tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. morfem terikat
adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul
dalam pertuturan.
5)
Morfem Utuh Dan Morfem Terbagi
Semua morfem dasar bebas yang
dibicarakan di atas adalah termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi},
{kecil}, {lau}, dan {pinsil}. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat,
seperti {ter-}, {ber-}, {henti}, dan {juang}.Sedangkan morfem terbagi adalah
sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
Sehubungan dengan morfem terbagi
ini, untuk bahasa Indonesia ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, semua afiks yang disebut
konfiks seperti {ke-/-an}, {ber-/-an},{per/-an}, dan {pe-/-an} adalah termasuk
morfem terbagi. Namun bentuk {ber-/-an}bisa merupakan konfiks pada bermunculan
’banyak yang tiba-tiba muncul’,dan bermusuhan ’saling memusuhi’, tetapi bisa
juga bukan konfiks, seperti pada beraturan ’mempunyai aturan’ dan berpakaian
’mengenakan pakaian’. Untuk menentukan apakah bentuk {ber-/-an} konfiks atau
bukan, harus diperhatikan makna gramatikal yang disandangnya.
Kedua, dalam bahasa Indonesia ada
afiks yang disebut infiks, yakni afiks yang disisipkan di tengah morfem dasar.
Misalnya, infiks {-er-} pada kata gerigi,infiks {-el-} pada kata pelatuk, dan
infiks {-em-} pada kata gemetar. Memang dalam bahasa Indonesia infiks ini tidak
produktif, tetapi dalam bahasa Sunda morfem infiks ini sangat produktif,
artinya bisa dikenakan pada kata apa saja.
6)
Morfem Segmental Dan Morfem Suprasegmental
Perbedaan morfem segmental dan
suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental
adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat},
{lah}, {sikat}, dan {ber}.Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem
segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh
unsur-unsur suprasegmenntal seperti tekanan, nada,durasi, dan sebagainya.
Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di benua Afrika, setiap verba
selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
b)
KATA
Yang ada dalam tata bahasa
tradisional sebagai satuan lingual yang selalu dibicarakan adalah kata.
1)
Hakikat Kata
Menurut para tata bahasawan
tradisional, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata
adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti.
Para tata bahasawan struktural, terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi
membicarakan kata sebagai satuan lingual;dan menggantinya dengan satuan yang
disebut morfem. Tidak dibicarakannyahakikat kata secara khusus oleh kelompok
Bloomfield karena dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa
sebagai: fonem, morfem, dan kalimat.
2)
Klasifikasi Kata
Kata lain dari klasifikasi kata
adalah penggolongan kata atau penjenisan kata. Para tata bahasawan tradisional
menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam mengklasifikasikan kata.
Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan
ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan
preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina, dan lain-lainnya. Yang disebut verba
adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah
kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan; konjungsi adalah kata yang
berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata,bagian kalimat dengan bagaian
yang lainnya.
Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata
berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi.adadjuga
lunguis yang menggnakan criteria fungsi
sintaksis sebagai patokan untuk menentukan kelas kata.
c)
PROSES MORFEMIS
1)
Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan
afiks pada sebuah bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1)
bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.
Afiks adalah sebuah bentukbiasanya
berupa morfem terikat ang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan
kata.afiks dibedakanmenjadi dua yaitu afiks infleks dan sfiks derivatif. afiks
infleks adalah afiks yang digunakan untuk kata-kata infaksi atau paradigma
infeksional.afiks derivatif adalah kata ygn identitas leksinya tidak sama
dengan bentuk dasarnya.
Interfiks adalah Sejenis infiks atau
elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua unsur . Transfiks
adalah Afiks yang berwujud vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.
2)
Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis
yang mengulang bentuk dasar,secara keseluruhan,secara sebagian atau perubahan
bunyi.oleh karna itu di bedakan menjadi reduplikasi penuh seperti meja-meja
,dan reduplikasi sebagian seperti lelaki,dan reduplikasi perubahan bunyi
seperti bolak-balik.
Proses reduplikasi dapat bersifat
paradigmatis (infleksional) dan dapat pula bersifat devirasional. Reduplikasi
yang infleksional tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi
makna gramatikal.
3)
Komposisi
Komposisi adalah proses penggabungan
morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga
terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau
yang baru.
Menuruut sutan takdir
alisjahbanakata majemuk adalah kata yang memiliki makna baru yang tidak
merupakan gabungan dari makna unsur-unsurnya.kelompok linguis lain mengatakan
sebuah komposisi adalha kata majemuk kalu identitas leksikal komposisi itu
sudah berubah identitas leksikal dari unsur-unsurnya.
Vehaar mengatakan bahwa komposisi
adalah kata majemuk kalu dihubungkan kedua unsurnya tidak bersifat sintaksis.
Krisdalakasana menyatakan bahwa kata
majemuk haruslah tetapa berstatus kata
kata majemuk harus dibedakan dari idem sebab kata majemuk adalah konsep
sintaksis.
d)
MORFOFONEMIK
Morfofonemik, disebut juga
morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi,adalah peristiwa berubahnya wujud
morfemis dalam suatu proses morfologi. Perubahan fonem dalam proses
Morfofonemik ini dapat berwujud
a.
Pemunculan fonem : me + baca = membaca
b.
Pelesapan fonem : sejarah + wan =sejarawan
c.
Peluluhan fonem : me- + sikat
= menyikat
d.
Perubahan fonem : ber- + ajar = belajar
e.
Pergeseran fonem : ja.wab + -an = jawaban
3.
TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS
a)
Struktur Sintaksis
Secara umum strktur sintaksis
terdiri dari subjek(s)predikat(p) objek(o) dan keterangan(k).
1)
Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi, kata
merupakan satuan terbesar; tetapi dalam tataran sintaksis, kata merupakan
satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan
sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.kata di bedakan menjadi dua yaitu kata
penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang
secara laksikal memiliki makna dan mungkin mengalami proses morfologi katagori
kata-kata penuh adalah nomina, verba, akjetifa, adverbia, dan numeralia.kata
tugas adalah kata yang secara laksikal tidak memiliki makna. Dan mungkin tidak
mengalami proses morfologi katagori kata tugas adalh preposisi dan konjungsi.
b)
FRASE
1)
pengertian frase
Frase adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat.proses pembentukan frase
morfem bebas bukan morfem terikat.contoh frase belum makan dan bukan frase tata
boga.
Kedua komponen frase dapat di sela
daengan unsur lain.
2)
JENIS FRASE
a.
frase eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang
komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan
keseluruhannya.
Frase eksosentrik biasanya dibedakan
atas frase eksosentrik yang direktif dan frase eksosentrik yang
nondirektif.Frase eksosentrik yang direktif komponen pertamanya berupa
preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau
kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Karena komponen utamanya berupa
preposisi, maka frase eksosentrik yang direktif ini lazim juga disebut frase
preposisional.
Frase eksosentrik yang nondirektif
komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain
seperti yang, para, dan kaum; sedangkan komponen keduanya berupa kata atau
kelompok kata berkategori nomina, ajektifa,atau verba.
b.
frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang
salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan
kedudukan keseluruhannya. Frase
endosentrik ini lazim juga disebut + karena komponen keduanya, yaitu
komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna
komponen inti atau hulu itu.
Salah satu ciri frase adalah bahwa
frase itu dapat diperluas. Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen
baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
c)
Klausa
Klausa merupakan tataran di dalam
sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.
1)
Pengertian Kalusa
Klausa adalah satuan sintaksis
berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam
konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase,yang berfungsi sebagai
subjek, predikat, objek, atau keterangan.Klausa berptensi untuk menjadi kalimat
tunggal karna didalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib,yaitu subjek dan predikat.selain
subjek dan predikat ada pula unsure lain yang boleh ada salam sebuah klausa
yatu objek.pelengkap, dan keterangan.unsur pelengkap atau komplemen adalah
bagian dari predikat verbal(bukan verba transitif)yang melengkapi verba
tersebut.keterangan merupakan bagan klausa yang memberi informasi tambahan
misalnya mengenai tempat,tujuan dan sebagainya.
2)
Jenis Klausa
Jenis klausa dapat dibedakan
berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi
predikatnya. Berdasarkan strukturnya dibedakan adanya klausa bebas dan klausa
terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap,
sekurang-kurangnya subjek dan predikat. Sedangkan klausa terikat memiliki
struktur yang tidak lengkap, mungkin hanyasubjeknya saja atau predikatnya saja,
atau mungkin keterangan saja.
d)
KALIMAT
1)
Pengertian Kalimat
Dalam defenisi unum,kalimat adalah
susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Kailmat adalah
satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa,
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi
final.
2)
Intonasi Kalimat
Intonasi merupakan salah satu alat
sintaksis yang sangat penting. Intonasi dapat berwujud tekanan, tempo dan nada.tekanan adalah
cirri-ciri seprasegmental yang menyertai bunyi ujaran.tempo adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melafalkan suatu ujarea.nada adalah unsure sprasegmental yang
dikur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam sutu arus ujaran.
e)
WACANA
Kalimat atau kalimat-kalimat
hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana.
1)
Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang
terlengkap, sehingga dalam hierarkial gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat
konsep yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar. Sebagai satuan
gramatikal tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi
persyaratan gramatikal.
2)
Alat-Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang digunakan
untuk membuat wacana menjadi kohesif,antara lain: Konjungsi Kata ganti Elipsis,
yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama.Selain gramatikal, sebuah wacana
yang kohesif dan koherensif dapat dibuat dengan bantuan berbagai aspek
semantik, antara lain: Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian
kaliamat, Menggunakan hubungan generik-spesifik atau spesifik-
generik,Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua kalimat,Menggunakan
hubungan sebab-akibat diantara isi kedua bagian kalimat,Menggunakan hubungan
tujuan didalam isi sebuah wacana,Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada
kedua kalimat atau pada dua kalimat dalam suatu wavana.
3)
Jenis Wacana
Jenis wacana ada wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan
sasarannya. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari
pengguanaan bahasa apakaha dalam bentuk uraian atau puitik. Wacana prosa
dilihat dari isinya dibedakan adanya wacana narasi, wacana eksposisi, wacana
persuasi, dan wacana argumentasi.
4.
TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK
Semantik, dengan
objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang
bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran, morfologi, dan sintaksis.
Semantik bukan satu tataran dalam arti unsure pembangunan satuan lain yang
lebih besar, melainkan merupakan unsur yang berada pada semua tataran itu.
Salah seorang strukturalis menyatakan bahwa bahasa adalah suatu system yang
kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. System bahasa terdiri dari lima subsistem,
yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik,
subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Subsistem gramatika, fonologi, dan
morfofonemik bersifat sentral. Sedangkan subsistem semantik dan fonetik
bersifat peripheral.
Semantik tidak lagi
menjadi objek periferal, sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik
dalam studi linguistic. Menurut teori bapak linguistic modern, Ferdinand de
Saussure, bahwa tanda linguistic terdiri dari komponen singifian dan signifie,
maka sesungguhnya studi linguistic tanpa disertai dengan studi semantik adalah
tidak ada artinya.
a)
HAKIKAT MAKNA
Menurut Ferdinand de
Sassure, setiap tanda linguistic atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen,
yaitu komponen signifian atau “yang mengartikan” yang wujudnya berupa runtunan
bunyi, dan komponen signifie atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian
atau konsep. Di dalam penggunaannya dalam pertuturan yang nyata makna kata atau
leksem itu seringkali, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga
dari acuannya.
1)
JENIS MAKNA
Makna bahasa menjadi
bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda.
2)
Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual
Makna leksikal adalah
makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Misalnya,
leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah
makna yang sebenarnya, makna yang sesuai observasi indra kita, atau makna apa
adanya. Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi
proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
Contoh, proses komposisi dasar sate dengan dasar ayam melahirkan makna
gramatikal ‘bahan’; dengan dasar Madura melahirkan makna gramatikal ‘asal’;
dengan dasar lontong melahirkan makna gramatikal ‘bercampur’.
Makna kontekstual
adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.
Misalnya, makna kata jatuh. Contoh lain, ‘rambut di kepala nenek belum ada yang
putih’.
3)
Sinonim
Sinonim atau sinonimi
adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu
satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya, antara kata betul dengan
kata benar. Relasi sinonim bersifat dua arah.
4)
Antonim
Antonym atau antonimi
adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan
kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.
Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik.
REFERENSI :
·
Chaer, Adbdul, 2007. Kajian Bahasa. Jakarta, Rineka Cipta.
·
http://jepangdandunia.blogspot.co.id
0 komentar: