KAJIAN STRUKTUR INTERNAL BAHASA (MET PEN PBA)

0 Comments

A.    PENDAHULUAN
Secara populer orang sering mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahsa sebagai objek kajiannya,atau lebih tepat lagi seperti dikatakan martinet(1987:19),telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
Kata linguistik (perpadaanan dengan linguistiks dalam bahasa inggris ,linguistique dalam bahasa prancis,dan linguistiek dalam bahasa belanda)diturunkan dari bahasa latin lingua yang berarti “bahasa” didalam bahasa – bahasa roman yaitu bahasa bahasa yang berasal dari bahasa latin terdapat kata yang serupa atau mirip dengan kata latin lingua itu. Antara lain lingua dalam bahasa italia,lengue dalam bahasa spanyol ,lingue (dan langage )dalam bahasa prancis.
Orang yang ahli dalam bidang linguistik disebut linguis(inggris linguist) .dalam bahsa inggris linguist  mempunyai dua arti yaitu orang yang ahli linguistik dan orang yang fasih dalam beberapa bahasa .
Ilmu linguistik juga disebut linguistik umum(general linguistiks) artinya linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja tapi juga seluk belu bahasa pada umumnya.
Sebagai alat komunikasi bahasa adalah suatu system yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis.yang dimaksud sistemis adalah bahasa itu adalah suatu system yang tidak tunggal,dan memiliki subsistem yaitu subsistem fonologi,subsistem morfologi,subsistem sintaksis dan subsistem simantik.
Tiga tahapan keilmiahan ilmu yaitu.spekulasi,observasi dan klasifikasi,dan rumusan teori.
      Analisa linguistik dilakukan terhadap bahasa ,atau lebih tepat terhadap semua tingkatan bahasa yaitu fonetik,fonemik,morfologi,sintaksis,dan simantik.
B.     PEMBAHASAN

1.      TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI
Bidang linguistic yang mempelajari menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi bahasa adalah fonologi yang epinemik terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu  ilmu.menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,fonologi dibedakan menjadi  fonetik dan fonemik.
a)      Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan menjadi tiga, yaitu:
Fonetik artikulatoris : mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa,serta bagaimana bunyi-bunyiiyu di klasifikasikan. Disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis.
Fonetik akustik : mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya,amplitudinya,intensitasnya dan timbrenya.
Fonetik auditoris : mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
b)     proses fonasi
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok yang di dalamnya terdapat pita suara. Dari pita suara udara diteruskan melalui rongga mulut atau rongga hidung ke udara bebas. Jika udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat hambatan apa-apa maka tidak terjadi bunyi bahasa. Bunyi bahasa terjadi karena udara yang dihembuskan dari paru-paru mendapat hambatan di pita suara. Empat macam posisi pita suara saat dilewati udara yaitu: (a) pita suara terbuka lebar (tidak menghasilkan bunyi), (b) pita suara terbuka agak lebar (c) pita suara terbuka ,dan (d) pita suara tertutup rapat .
c)      Tulisan fonetik
Tuliasan fonetik yang dibuat untuk keperluan studi fonetik,sesungguhnya dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara latin yang ditambah dengan sejunlah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf latin itu.
d)     Klasifikasi bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan apa-apa. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu.
e)      Klasifikasi vocal
Bunyi vokal diklasifikasikan berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut.Posisi lidah bisa vertikal atau horisontal.
Secara vertikal dibedakan adanya vocal tinggi, misalnya bunyi [i] dan [u]; vokal tengah, misalnya bunyi [e] dan [ ]; vocal rendah, misalnya bunyi [a]. Secara horisontal dibedakan adanya vokal depan,misalnya bunyi [i] dan [e]; vokal pusat, misalnya bunyi [ ]; dan vokal belakang,misalnya bunyi [u] dan [o]. Menurut bentuk mulut dibedakan adanya vocal bundar dan vokal tak bundar. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut itulah
kemudian vokal-vokal itu diberi nama:
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vokal pusat tengah tak bundar
[o] adalah vokal belakang tengah bundar
 [a] adalah vokal pusat rendah tak bundar
4.1.4.2  Diftong atau vocal rangkap
Disebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.ketidaksamaan ini menyangkut tinggi rendahnya lidah, lidah yang bergerak, serta strukturnya. Diftong dibedakan berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya, sehingga dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun. diftong naik, bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya diftong turun,posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua
f)       Klasifikasi konsonan
Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga kriteria, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Tempat artikulasi tidak lain daripada alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu.Berdasarkan cara artikulasinya, artinya bagaimana hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, dapat dibedakan adanya konsonan:
1) Hambat : [p], [b], [t], [d], [k], dan [g]
2) Geseran atau frikatif : [f], [s], dan [z]
3) Paduan atau frikatif : [c], dan [j]
4) Sengauan atau nasal : [m], [n], dan [ŋ]
5) Getaran atau trill : [r]
6) Sampingan atau lateral : [l]
7) Hampiran atau oproksiman : [w], dan [y]
g)      Fonemik
Fonemik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
h)     Identitas Fonemik
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yg mengandung bunyi tersebut, lalumembandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip. Misalnya, kata laba dan raba. Perbedaan pada kata tersebut adalah pada bunyi [l] dan [r]. Maka, dapat disimpulkan bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem yang berbeda di dalam bahasa Indonesia yaitu fonem [l] dan fonem [r].
2.      TATARAN LINGUISTIK(2) : MORFOLOGI

a)      Morfem
Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah morfem,sebab morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis.
1)      Identitas Morfem
Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.
2)      Morf  Dan Alomorf
Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama ini disebut alomorf. Jadi, setiap morfem tentu mempunyai alomorf, enrah satu, entah dua, atau juga enam buah seperti yang tampak pada data di atas. Selain itu, bisa juga dikatakan morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya; sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
3)      kalsifikasi morfem
Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan keberadaanya, keutuhannya, maknanya,dan sebagainya. Berikut ini akan dibicarakan secara singkat.
4)      Morfem Bebas Dan Morfem Terikat
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
5)      Morfem Utuh Dan Morfem Terbagi
Semua morfem dasar bebas yang dibicarakan di atas adalah termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, {lau}, dan {pinsil}. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, {henti}, dan {juang}.Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah.
Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti {ke-/-an}, {ber-/-an},{per/-an}, dan {pe-/-an} adalah termasuk morfem terbagi. Namun bentuk {ber-/-an}bisa merupakan konfiks pada bermunculan ’banyak yang tiba-tiba muncul’,dan bermusuhan ’saling memusuhi’, tetapi bisa juga bukan konfiks, seperti pada beraturan ’mempunyai aturan’ dan berpakaian ’mengenakan pakaian’. Untuk menentukan apakah bentuk {ber-/-an} konfiks atau bukan, harus diperhatikan makna gramatikal yang disandangnya.
Kedua, dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yakni afiks yang disisipkan di tengah morfem dasar. Misalnya, infiks {-er-} pada kata gerigi,infiks {-el-} pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pada kata gemetar. Memang dalam bahasa Indonesia infiks ini tidak produktif, tetapi dalam bahasa Sunda morfem infiks ini sangat produktif, artinya bisa dikenakan pada kata apa saja.
6)      Morfem Segmental Dan Morfem Suprasegmental
Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}.Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmenntal seperti tekanan, nada,durasi, dan sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di benua Afrika, setiap verba selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
b)     KATA
Yang ada dalam tata bahasa tradisional sebagai satuan lingual yang selalu dibicarakan adalah kata.
1)      Hakikat Kata
Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tata bahasawan struktural, terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi membicarakan kata sebagai satuan lingual;dan menggantinya dengan satuan yang disebut morfem. Tidak dibicarakannyahakikat kata secara khusus oleh kelompok Bloomfield karena dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, morfem, dan kalimat.
2)      Klasifikasi Kata
Kata lain dari klasifikasi kata adalah penggolongan kata atau penjenisan kata. Para tata bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina, dan lain-lainnya. Yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan; konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata,bagian kalimat dengan bagaian yang lainnya.
Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi.adadjuga lunguis  yang menggnakan criteria fungsi sintaksis sebagai patokan untuk menentukan kelas kata.
c)      PROSES MORFEMIS
1)      Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.
Afiks adalah sebuah bentukbiasanya berupa morfem terikat ang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.afiks dibedakanmenjadi dua yaitu afiks infleks dan sfiks derivatif. afiks infleks adalah afiks yang digunakan untuk kata-kata infaksi atau paradigma infeksional.afiks derivatif adalah kata ygn identitas leksinya tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Interfiks adalah Sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua unsur . Transfiks adalah Afiks yang berwujud vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar.
2)      Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar,secara keseluruhan,secara sebagian atau perubahan bunyi.oleh karna itu di bedakan menjadi reduplikasi penuh seperti meja-meja ,dan reduplikasi sebagian seperti lelaki,dan reduplikasi perubahan bunyi seperti bolak-balik.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula bersifat devirasional. Reduplikasi yang infleksional tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal.
3)      Komposisi
Komposisi adalah proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Menuruut sutan takdir alisjahbanakata majemuk adalah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan dari makna unsur-unsurnya.kelompok linguis lain mengatakan sebuah komposisi adalha kata majemuk kalu identitas leksikal komposisi itu sudah berubah identitas leksikal dari unsur-unsurnya.
Vehaar mengatakan bahwa komposisi adalah kata majemuk kalu dihubungkan kedua unsurnya tidak bersifat sintaksis.
Krisdalakasana menyatakan bahwa kata majemuk haruslah tetapa berstatus kata  kata majemuk harus dibedakan dari idem sebab kata majemuk adalah konsep sintaksis.
d)     MORFOFONEMIK
Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi,adalah peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi. Perubahan fonem dalam proses Morfofonemik ini dapat berwujud
a.       Pemunculan fonem : me + baca = membaca
b.      Pelesapan fonem : sejarah + wan =sejarawan
c.       Peluluhan fonem : me- + sikat  = menyikat
d.      Perubahan fonem : ber- + ajar = belajar
e.       Pergeseran fonem : ja.wab + -an = jawaban

3.      TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

a)      Struktur Sintaksis
Secara umum strktur sintaksis terdiri dari subjek(s)predikat(p) objek(o) dan keterangan(k).
1)      Kata Sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi, kata merupakan satuan terbesar; tetapi dalam tataran sintaksis, kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.kata di bedakan menjadi dua yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara laksikal memiliki makna dan mungkin mengalami proses morfologi katagori kata-kata penuh adalah nomina, verba, akjetifa, adverbia, dan numeralia.kata tugas adalah kata yang secara laksikal tidak memiliki makna. Dan mungkin tidak mengalami proses morfologi katagori kata tugas adalh preposisi dan konjungsi.
b)     FRASE
1)      pengertian frase
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis didalam kalimat.proses pembentukan frase morfem bebas bukan morfem terikat.contoh frase belum makan dan bukan frase tata boga.
Kedua komponen frase dapat di sela daengan unsur lain.
2)      JENIS FRASE

a.       frase eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Frase eksosentrik biasanya dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif dan frase eksosentrik yang nondirektif.Frase eksosentrik yang direktif komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina. Karena komponen utamanya berupa preposisi, maka frase eksosentrik yang direktif ini lazim juga disebut frase preposisional.
Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum; sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa,atau verba.
b.      frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase  endosentrik ini lazim juga disebut + karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulu itu.
Salah satu ciri frase adalah bahwa frase itu dapat diperluas. Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.
c)      Klausa
Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.
1)      Pengertian Kalusa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase,yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan.Klausa berptensi untuk menjadi kalimat tunggal karna didalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib,yaitu subjek dan predikat.selain subjek dan predikat ada pula unsure lain yang boleh ada salam sebuah klausa yatu objek.pelengkap, dan keterangan.unsur pelengkap atau komplemen adalah bagian dari predikat verbal(bukan verba transitif)yang melengkapi verba tersebut.keterangan merupakan bagan klausa yang memberi informasi tambahan misalnya mengenai tempat,tujuan dan sebagainya.
2)      Jenis Klausa
Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan strukturnya dan berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya subjek dan predikat. Sedangkan klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap, mungkin hanyasubjeknya saja atau predikatnya saja, atau mungkin keterangan saja.
d)     KALIMAT

1)      Pengertian Kalimat
Dalam defenisi unum,kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Kailmat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
2)      Intonasi Kalimat
Intonasi merupakan salah satu alat sintaksis yang sangat penting. Intonasi dapat berwujud  tekanan, tempo dan nada.tekanan adalah cirri-ciri seprasegmental yang menyertai bunyi ujaran.tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu ujarea.nada adalah unsure sprasegmental yang dikur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam sutu arus ujaran.
e)      WACANA
Kalimat atau kalimat-kalimat hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana.
1)      Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, sehingga dalam hierarkial gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu terdapat konsep yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar. Sebagai satuan gramatikal tertinggi, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal.
2)      Alat-Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang digunakan untuk membuat wacana menjadi kohesif,antara lain: Konjungsi Kata ganti Elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama.Selain gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koherensif dapat dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain: Menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kaliamat, Menggunakan hubungan generik-spesifik atau spesifik- generik,Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua kalimat,Menggunakan hubungan sebab-akibat diantara isi kedua bagian kalimat,Menggunakan hubungan tujuan didalam isi sebuah wacana,Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada kedua kalimat atau pada dua kalimat dalam suatu wavana.
3)      Jenis Wacana
Jenis wacana ada wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan sasarannya. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari pengguanaan bahasa apakaha dalam bentuk uraian atau puitik. Wacana prosa dilihat dari isinya dibedakan adanya wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi.
4.      TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK
      Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran, morfologi, dan sintaksis. Semantik bukan satu tataran dalam arti unsure pembangunan satuan lain yang lebih besar, melainkan merupakan unsur yang berada pada semua tataran itu. Salah seorang strukturalis menyatakan bahwa bahasa adalah suatu system yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. System bahasa terdiri dari lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Subsistem gramatika, fonologi, dan morfofonemik bersifat sentral. Sedangkan subsistem semantik dan fonetik bersifat peripheral.
      Semantik tidak lagi menjadi objek periferal, sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam studi linguistic. Menurut teori bapak linguistic modern, Ferdinand de Saussure, bahwa tanda linguistic terdiri dari komponen singifian dan signifie, maka sesungguhnya studi linguistic tanpa disertai dengan studi semantik adalah tidak ada artinya.
a)      HAKIKAT MAKNA
      Menurut Ferdinand de Sassure, setiap tanda linguistic atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu komponen signifian atau “yang mengartikan” yang wujudnya berupa runtunan bunyi, dan komponen signifie atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep. Di dalam penggunaannya dalam pertuturan yang nyata makna kata atau leksem itu seringkali, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga dari acuannya.
1)      JENIS MAKNA
      Makna bahasa menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda.
2)      Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual
      Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai observasi indra kita, atau makna apa adanya. Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Contoh, proses komposisi dasar sate dengan dasar ayam melahirkan makna gramatikal ‘bahan’; dengan dasar Madura melahirkan makna gramatikal ‘asal’; dengan dasar lontong melahirkan makna gramatikal ‘bercampur’.
      Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Misalnya, makna kata jatuh. Contoh lain, ‘rambut di kepala nenek belum ada yang putih’.
3)      Sinonim
      Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar. Relasi sinonim bersifat dua arah.
4)      Antonim
      Antonym atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik.
REFERENSI :
·         Chaer, Adbdul, 2007. Kajian Bahasa. Jakarta, Rineka Cipta.

·         http://jepangdandunia.blogspot.co.id

Intelektual Muslim

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 komentar: